Monday 18 December 2006

Bermain dan Belajar

Kita harus terus menerus mengembangkan metode pelatihan perancangan. Metode yang digunakan diberi nama oleh para ahli pendidikan: Metode Pembelajaran Orang Dewasa alias andragogi. Kenapa andragogi? Katanya:

adults need to be involved in the planning and evaluation of their instruction (Self-concept and Motivation to learn), experience (including mistakes) provides the basis for learning activities (Experience), adults are most interested in learning subjects that have immediate relevance to their job or personal life (Readiness to learn), adult learning is problem-centered rather than content-oriented (Orientation to learning).

Awalnya, metode pelatihan yang digunakan oleh PSHK sangat terbatas. Kebanyakan ceramah dan tanya jawab. Seperti kuliah konvensional di kampus. Paling ditambah studi kasus, karena intinya memang praktek penggunaan metode pemecahan masalah (MPM) dan perancangan peraturan. Juga ditambah sedikit permainan di sela-sela sesi.

Tapi semakin kita ngobrol sama banyak orang dan belajar, kita jadi ingin semakin mengembangkan metode pelatihan. Keinginan ini makin kuat bukan hanya karena kita makin menyadari efek positifnya pendekatan belajar seperti ini, tapi juga karena terasa sekali banyak peserta yang merasa fun dan happy betul ketika mengikuti pelatihan. Bayangkan, anggota DPD, DPR, bisa sampai joget-joget dan ketawa-ketawa bahagia. Sampai-sampai ada beberapa anggota DPD yang beberapa kali ikut pelatihan karena alasan ini :-).


Sekarang ini, kita sudah punya beberapa lembar kasus dan permainan. Misalnya lembar kasus “Kisah Negeri Berduri” untuk membedakan antara MPM, ends-means, dan incrementalism. Juga menggunakan lagu-lagu seperti lagu Bang Toyib dan lagunya Benyamin untuk mendapatkan esensi bahwa satu masalah sosial, bisa disebabkan oleh banyak penyebab - pengantar ke agenda ROCCIPI.


Sekarang ini, rival sudah ikutan pelatihannya Inspirit dan PSHK sendiri waktu strategic planning 2006 lalu difasilitasi oleh salah satu pendiri Inspirit, Mas Dani. Sementara, aria juga sudah ikutan suatu pelatihan untuk fasilitator yang diselenggarakan oleh UNDP. Sehingga kita semakin banyak masukan. Termasuk untuk energizer.


Saya sendiri, dalam pengalaman saya diundang menjadi fasilitator, mulai “mencuri-curi” metode yang digunakan rival dan juga mas Dani sewaktu memfasilitasi SP kita [nggak keberatan kan Mas… ;-), belum punya uang buat ikut pelatihan Inspirit siiih… :-)].


Yang menarik, pendekatan yang mulai dipakai rival untuk menggunakan kartu-kartu anak-anak untuk sesi pengelompokkan dan penata-urutan peraturan (grouping and ordering). Sementara, waktu pelatihan DPD kemarin, saya dan Anna menggunakan resep makanan.

Yang saya “curi” dari metode yang dipakai mas Dani waktu SP adalah “mandala”. Metode ini saya gunakan untuk membantu ibu-ibu anggota legislatif aceh untuk berefleksi, sebelum mereka masuk ke materi soal bagaimana peran mereka sebagai legislatif perempuan dalam fungsi legislasi yang mereka miliki. Mandala adalah sebuah gambar bulatan yang di tengahnya ada sebuah gambar dan kemudian di antara lingkaran dalam dan lingkaran luar dibagi-bagi lagi untuk diisi dengan gambar-gambar lainnya. Untuk ibu-ibu itu, saya minta mereka menggambar simbol atau gambar apapun yang bisa menceritakan “kenapa mau menjadi anggota legislatif?” untuk bagian tengah. Sementara ruang di antara lingkaran tengah dan lingkaran terluar kita bagi menjadi tiga bagian untuk tiga gambar: cita-cita sebagai anggota legislatif perempuan, kelebihan sebagai anggota legislatif perempuan, dan masalah perempuan yang paling menjadi perhatian. Gambar-gambar ini hanya alat untuk mereka berefleksi sewaktu menggambar dan kemudian bercerita lebih banyak ketika mereka diminta menceritakan makna gambar-gambar itu. Saya cukup suka metode ini sebagai alat refleksi. Sebab sewaktu SP, terasa betul efek refleksi itu pada saya.

Beberapa peserta tampak malu-malu. "Kayak mana ini.. saya nggak bisa menggambar." Susah juga saya meyakinkan mereka bahwa bukan gambar yang mau dinilai. Mungkin karena mereka tidak biasa: pelatihan kok disuruh menggambar! :-) Sebagian lagi, meniru gambar lambang perempuan yang kebetulan terpampang di halaman awal presentasi saya. Sebuah strategi yang salah untuk menayangkan gambar itu di bagian awal. Tapi toh yang penting memang refleksinya. Cerita-cerita mereka sangat menarik! Ada yang berkeinginan membantu perempuan buruh perkebunan di kabupatennya. Ada yang ingin membantu perempuan korban konflik di Aceh. Ada yang hobi berkebun dan menganggap itu sebagai kelebihannya untuk meningkatkan kapasitas perempuan dalam hal ekonomi, dan lain sebagainya. Dari situ, baru saya presentasikan soal peran hukum dan fungsi legislasi mereka, dengan selalu mengaitkannya dengan potongan-potongan cerita mereka. Kesimpulannya, banyak yang bisa dilakukan untuk perempuan melalui fungsi legislasi. Banyak Qanun yang bisa didorong dan perlu dicegah :-) supaya perempuan di Aceh tidak lagi tertindas dan semakin berdaya.

Sekarang ini kita sedang terus menerus mengembangkan metode pelatihan. Saya yakin setiap pulang pelatihan pasti banyak cerita baru dari para fasilitator. Tapi yang jelas, buat saya (dan saya yakin juga buat kawans lain), banyak hal yang juga saya pelajari dari peserta setiap pelatihan. Dan tentu saja yang paling membuat saya seringkali seperti batere yang di-charged adalah setiap kali mendengar pengalaman mereka.

No comments:

Post a Comment